Back to School

Kembali ke bangku kuliah merupakan impian saya. Setiap kali berdoa, tak lupa selalu saya selipkan permohonan supaya Alloh memberikan kesempatan lagi bagi saya untuk meneruskan pendidikan. Bukan semata-mata untuk kepuasan diri sendiri, tapi juga mengajarkan kepada anak-anak, bahwa pendidikan adalah sebuah prestasi yang layak untuk diperjuangkan.

Senin, 13 Agustus 2018, merupakan kali kedua saya terdaftar sebagai mahasiswa UGM. Kampus kebanggaan yang pro kerakyatan, dan dekat di hati. Alhamdulillah, puji dan syukur harus selalu saya panjatkan atas karunia dan ridhlo Alloh, saya masih diberi kesehatan, panjang umur, kemudahan dan kelancaran urusan sampai bisa kembali lagi kesini untuk memintarkan diri.

Disini saya bertemu dengan 43 mahasiswa lainnya, yang masing-masing punya keunikan tersendiri. Beberapa diantaranya sebaya dengan usia saya (baca:berumur), dan yang lainnya masih fresh graduate, alias dedek-dedek gemes. Lucunya, saya dan sesama ibu-ibu dipanggil "bunda" sama dedek-dedek ini sebagai bentuk penghormatan karena lebih tua, (dan bentuk ucapan terima kasih mungkin ya, karena kami ini rajin banget bawa makanan ke dalam kelas, jadi lumayanlah membantu anak kos).

Menyenangkan dan bersemangat. Itulah kesan setiap hari bertemu dan belajar bersama mereka. Bersama mahasiswa seumuran, kami seringkali menertawakan kebodohan disaat terlambat menangkap logika dosen dan ketinggalan mengejar daya pikir kritis adik-adik kami ini. Maklum, sudah bertahun-tahun pikiran kami dijejali dengan kegiatan rutin dan monoton terkait administrasi, sehingga mengikis daya inovatif dan kreativitas (ini sih apology aja). Di kelas, kami bisa saling bertukar ide, dan cerita, terutama mengenai fenomena dan gosip terbaru. Yalah, kami ini mahasiswa ilmu komunikasi, jadi (kata bu dosen) harus paham mengenai isu kontemporer terkait komunikasi dan selalu update terhadap informasi terkini.

Belajar tentang komunikasi juga tak kalah menyenangkan. Menghidupkan teori Lasswell tentang elemen komunikasi : who-says what-with what channel-to whom-with what effect dalam kehidupan nyata sehari-hari dapat membantu memahami esensi kehidupan ini, mengapa sih kita berkomunikasi? Menurut saya, ilmu komunikasi merupakan ilmu yang paling riil dan mudah dirasakan. Karena, siapa sih makhluk hidup yang tidak berkomunikasi?

Lain waktu, mungkin saya akan menulis lebih banyak lagi terkait kuliah, mata kuliah apa yang menyenangkan dan merepotkan, siapa dosen yang lovable dan avoidable, tips mendapatkan beasiswa bagi PNS, dan bagaimana caranya bisa masuk UGM dengan lancar dan berkah. Sabar ya kisanak, satu demi satu. Saya masih harus menyisakan akal supaya tetap bisa menulis di blog yang remeh temeh ini, di tengah kegilaan menyelesaikan setumpuk tugas kuliah yang membuat frustasi.

Doakan saya kuat ya. Alloh SWT membuka hati dan pikiran supaya mudah menerima ilmu. Dan insya Alloh bisa lulus sesuai target beasiswa. Amiin....


Komentar

Postingan Populer