Bagasi nyasar

Kamu pernah naik pesawat dan mengalami bagasi nyasar ke belahan negeri Indonesia yang lain? Saya pernah. Dan itu pengalaman yang super nyebelin banget. Masih saja teringat dan bikin trauma meskipun sudah dua tahun berlalu sejak kejadian itu. Tapi ada hikmahnya juga sih, bisa jadi pelajaran berharga supaya nggak sembarangan milih maskapai penerbangan cuma gara-gara nyari yang paling murah terulang lagi.

Ceritanya saya pulang dari tugas dinas di Bukittinggi, naik maskapai Meong-air yang sudah terkenal dengan predikat delay-nya. Perasaan tidak enak sudah terasa pada saat cek in di Bandara Padang, ketika saya minta stiker fragile nggak dikasih sama petugasnya. Okelah, dimaafin meskipun rada dongkol. Oiya, penerbangan kali ini lumayan lama karena harus transit di Soetta sebelum lanjut ke Adisucipto.

Saya harus menunggu tiga jam sebelum lanjut terbang ke Yogyakarta. Setelah mendarat, penumpang masih diminta nunggu dulu sekitar setengah jam sebelum diperbolehkan turun. Dan dongkol sesi dua pun berlanjut. Tapi masih ada lagi kejadian yang bikin kesel, yaitu pada saat antri pengambilan bagasi. Gimana coba perasaanmu ketika udah capek berdiri nunggu bagasi selama hampir dua jam, dan sampai kemunculan bagasi terakhir ternyata koper kesayangan belum terlihat juga. Maka pergilah saya ke konter bagasi klaim untuk lapor kehilangan bagasi.

Saya pun mengisi formulir, yang kemudian diunggah ke dalam sistem secara online. Sebelumnya saya ditanya kartu identitas dan bagasi barcode, yang ternyata kebawa oleh teman saya karena barcode ini ditempelin sama petugas cek-in Bandara Padang di tiket teman saya. Dengan tidak adanya bagasi barcode ini, maka saya gakbisa dapat ganti rugi atas klaim seandainya koper saya tidak kembali.

Mulai curiga nih, si Meong-air mau lepas tanggungjawab. Tapi bukan saya namanya kalo segitu aja nyerah. Tiap saat saya selalu menanyakan ke petugasnya via whatsapp sampai bisa dapat jawaban yang menenangkan hati. Sebagai konsumen, saya merasa dirugikan sekali. Terutama karena kualitas SDMnya yang jauh dari profesional. Misalnya, prosedur untuk klaim bagasi tidak dijelaskan dulu kepada customer sebelum customer mengisi formulir komplain, sehingga menyebabkan tidak bisa dilakukannya klaim untuk mendapatkan ganti rugi kehilangan apabila salah satu persyaratannya tidak terpenuhi. Menghadapi mamak-mamak yang rewel macam saya nih, mbak petugasnya rada keder juga. Pokoknya dia janji mau bantu melacak sampai dimanakah koper saya berada dengan mengecek keberangkatan transit di jam yang sama dengan keberangkatan ke Jogja, yaitu tujuan Manado, Denpasar dan Lombok.

Saya sih udah pasrah, harus mengikhlaskan kalo nantinya ini koper nggak bakalan balik lagi. Sampai akhirnya dua hari berikutnya saya dapat kabar kalo ada koper tak bertuan ditemukan di Bandara Makassar, dengan ciri-ciri mirip dengan koper saya. Dan saya diminta mengambilnya ke Bandara Yogyakarta begitu sampai.

Alhamdulillah, bahagia rasanya. Bersyukur dong pastinya. Hari itu juga, malamnya saya menjemput koper dengan senyuman mengembang di bibir, setelah berhari-hari manyun gara-gara jengkel pada pelayanan maskapai Meong-air. Saya maafin deh atas semua salah mbak dan masnya. Tapi saya gak akan lupain. Kapok naik maskapai ini lagi.

Dan tentu saja supaya tulisan ini bermanfaat ada beberapa pelajaran berharga yang bisa di share buat kamu :

  1. Pada saat cek in, pastikan ketika minta stiker fragile pada pertugas, stiker fragile ini udah nempel ke koper bawaan, supaya bagasi kita ditangani dengan lebih baik.
  2. Apabila cek-in berombongan, pastikan stiker bagasi yang ada barcodenya ditempel di tiket masing-masing, jangan dikumpulin trus ditempel di salah satu tiket. Supaya memudahkan pengecekan oleh petugas saat keluar di bandara tujuan. Dan tentu saja aman apabila mau klain bagasi jika sampai terjadi kasus koper nyasar.
  3. Nggak usah bawa bagasi deh. Minimalisir aja bawaannya. Masukin ransel atau koper ukuran kecil ke kabin. *tapi saya kok nggak yakin cewek-cewek bisa menghindari bawaan yang segambreng, apalagi kalau merencanakan bepergian dalam waktu lebih dari tiga hari
  4. Kalau masih banyak alternatif, jangan pernah naik maskapai Meong-air ini lagi. Bagi saya, kondisi emosi jiwa dan kenyamanan hati jauh lebih berharga dibanding selisih harga tiket seratus-dua ratus ribu rupiah.





Komentar

Postingan Populer